Mahasiswa Protes Indonesia Gelap Menentang Pemangkasan Anggaran – Melalui pendidikan yang berkualitas, generasi muda dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Namun, apa jadinya jika sektor vital ini justru diabaikan oleh negara sendiri?
Dalam beberapa tahun terakhir, para mahasiswa, guru, Mahasiswa protes indonesia gelap menentang pemangkasan anggaran dan pemerhati pendidikan terus menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap kondisi pendidikan di Indonesia. Infrastruktur yang kurang memadai, keterbatasan akses di daerah terpencil, rendahnya kualitas tenaga pengajar, serta kurikulum yang tidak relevan dengan kebutuhan zaman hanyalah sebagian kecil dari masalah besar yang belum terselesaikan.
Di tengah harapan akan perubahan dan peningkatan mutu pendidikan, kabar pemangkasan anggaran justru datang seperti petir di siang bolong. Pemerintah dikabarkan memangkas sebagian besar anggaran untuk sektor pendidikan dan riset, dan hal ini memicu gelombang protes dari berbagai kalangan terutama mahasiswa.
Mahasiswa Bangkit Indonesia Gelap Menentang Pemangkasan Anggaran
Di berbagai penjuru tanah air, mahasiswa turun ke jalan dalam sebuah aksi yang mereka sebut sebagai “Indonesia Gelap”. Aksi ini bukan sekadar simbol kekecewaan, melainkan bentuk nyata perlawanan terhadap kebijakan yang dinilai mencederai masa depan bangsa. Mereka memadamkan lampu kampus dan memakai pakaian hitam sebagai simbol duka atas masa depan pendidikan yang semakin suram.
Bagi mahasiswa, pemangkasan anggaran bukan hanya soal angka dalam dokumen APBN. Ini adalah ancaman langsung terhadap ketersediaan beasiswa, riset ilmiah, pengembangan teknologi, dan keberlanjutan institusi pendidikan tinggi. Banyak program studi yang bergantung pada dana riset kini terancam stagnasi, sementara mahasiswa dari keluarga tidak mampu bisa kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi karena terbatasnya bantuan biaya.
Aksi “Indonesia Gelap” menjadi wadah ekspresi solidaritas antar kampus. Mahasiswa dari berbagai latar belakang, mulai dari teknik, hukum, sosial politik, hingga kedokteran, bersatu menyuarakan satu pesan: “Pendidikan bukan beban, melainkan investasi.”
Jangan Lupa Baca Juga : Pendidikan Politik Sebuah Perbandingan Konstitusi Sosial
Mengapa Pemangkasan Ini Mengkhawatirkan?
Dalam konteks global, negara-negara maju justru meningkatkan anggaran pendidikan mereka. Investasi di bidang ini terbukti berdampak jangka panjang pada kualitas SDM, produktivitas nasional, dan daya saing di panggung internasional. Indonesia, yang tengah berada dalam masa bonus demografi, seharusnya memanfaatkan momen ini untuk memperkuat sektor pendidikan, bukan malah melemahkannya.
Banyak yang menilai keputusan pemangkasan ini tidak berpihak pada rakyat. Di saat yang sama, anggaran untuk sektor-sektor yang kurang prioritas justru meningkat. Mahasiswa melihat ini sebagai bentuk ketidakadilan fiskal, dan menuntut transparansi serta evaluasi ulang terhadap prioritas anggaran nasional.
Suara Mahasiswa Bukan Sekadar Teriakan
Gerakan “Indonesia Gelap” bukanlah aksi pertama, dan mungkin bukan yang terakhir. Namun, yang membedakannya adalah konsistensi serta argumentasi yang dibawa oleh para mahasiswa. Mereka tidak hanya turun dengan spanduk dan orasi, tetapi juga membawa data, hasil kajian, dan solusi alternatif. Banyak dari mereka menyuarakan agar pemerintah membuka ruang dialog dan melibatkan pemangku kepentingan dari sektor pendidikan dalam proses perumusan kebijakan anggaran.
Salah satu tuntutan utama adalah pengembalian anggaran riset dan pendidikan minimal ke angka ideal yang telah disarankan UNESCO, yaitu sekitar 6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, mahasiswa juga mendesak pembentukan lembaga independen yang mengawasi transparansi alokasi anggaran pendidikan.
Arah Masa Depan
Pendidikan bukan hanya soal sekolah, guru, atau kurikulum. Ia adalah harapan, ia adalah jalan keluar dari kemiskinan, dan ia adalah alat pembebas dari ketertinggalan. Ketika negara mulai memotong anggaran untuk sektor ini, maka yang dipertaruhkan bukan hanya masa depan generasi sekarang, tapi juga arah perjalanan bangsa ini ke depan.
Aksi mahasiswa bukan sekadar bentuk protes itu adalah panggilan untuk kesadaran kolektif. Jika pendidikan terus dipinggirkan, maka kita semua akan menyaksikan Indonesia berjalan dalam gelap. Sudah saatnya seluruh elemen masyarakat bersuara dan menuntut perubahan.